Home » » Saat Dia Terlupakan

Suara knalpot, teriakan dan klakson membuat suasana jalan semakin ricuh, ya beginilah suasana Jakarta di pagi hari selalu dipenuhi oleh hiruk pikuknya lalu lalang kendaraan walaupun weekend sekali pun tetap saja kemacetan itu tak pernah berkurang. Seperti mengalami sebuah dejavu aku seakan dapat melihat apa yang akan terjadi, Pak Supir yang telah mendapatkan cela ke luar dari kemacetan langsung mengangkat pedal dan mempercepat laju jalan. Tanpa sadar aku berteriak histeris melihat mobil taksi yang ku tumpangi akan mengalami kecelakaan.

“Pak Awaaas ada anak kecil di depaaan!” sopir taksi itu pun kaget dan langsung menginjak rem untuk menghindari anak kecil itu. “Nyiiiit!! Dug!!” kepalaku terbentur jendela mobil taksi sebelah kanan. Dengan menahan rasa sakit tak berapa lama kemudian terdengar suara, “Braaak!” mobil belakang menabrak taksi yang ku tumpangi sampai supir taksi harus memutar setir untuk menahan agar tidak menabrak mobil lain, suara gesekan ban mobil dan aspal pun membuat telingaku semakin sakit.

“Nyiiiiit… Dug… Braaak!”
Aku pun tak sadarkan diri, yang ku rasakan sekarang hanyalah hening, pening, sakit, dan pusing.



Hingar bingar cahaya lampu pesta menerangi gelapnya malam, kini ku berada di kerumunan orang yang sama sekali tak aku kenal, “kenapa aku bisa berada di tempat ini?” namun yang membuatku semakin bingung mengapa aku sini memakai baju seperti seorang pengantin? tak berapa lama kemudian ada sosok pria rupawan yang memakai jas tersenyum bahagia lalu berjalan menuju arahku.

“Sayang, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Semuanya sudah menunggu kamu” kata sosok pria itu.
Tanpa membalas sepatah kata pun aku berjalan menuju Mamaku, nampak sosok pria itu terkejut melihat tingkah anehku. “Ma, acara pernikahan siapa ini?” tanyaku pada Mama.
“Reva, di hari pernikahanmu ini kamu jangan bercanda ya. Gio dan penghulu sudah menunggu sayang, acara akan segera dimulai” ucap Mama yang kemudian membuatku kaget.
“Apa acara pernikahanku Ma? Sejak kapan aku memutuskan untuk menikah? Dan siapa itu Gio? Aku tidak mengenalnya Ma.” Jelasku.

Mendengar pernyataanku pria itu pun menghampiriku dan berkata.
“Reva, kita pacaran sudah 3 tahun dan kita juga sudah bertunangan setahun yang lalu. Sayang kamu jangan bercanda di hari bahagia kita ya.”
“Hei, kamu jangan asal ngarang cerita ya. Aku ini baru bulan kemarin lulus SMA bagaimana bisa aku telah berpacaran denganmu selama 3 tahun dan bertunangan denganmu selama 1 tahun?” Jawabku mulai emosi mendengar pernyataan ngawur dari pria itu.
“Reva, kamu nggak lagi ngelantur kan nak? Kamu sudah wisuda sayang kamu sudah menjadi seorang sarjana” Kata Mama kepadaku.

Aku pun semakin dibuat bingung dengan kenyataan yang tiba-tiba muncul dalam hidupku, bagaimana bisa aku tumbuh secepat itu. Bagaimana bisa aku melewatkan masa selama 4 tahun? Dan kini seketika semua yang ada dalam pandanganku pun berputar bak komedi putar dan semuanya mulai samar dalam pandanganku. Aku hanya mampu mendengar suara seorang laki-laki berkata, “Sebaiknya acara pernikahan ini saya batalkan saya pak penghulu, saya tidak akan tega untuk memaksa orang yang tidak mau menikah dengan saya.” Dan suara itu pun mulai menghilang, sunyi dan sepi yang mampu aku rasakan.

Setelah pembatalan pesta penikahan itu aku menjalani terapi untuk memulihkan ingatanku, namun setiap kali menjalani terapi aku selalu berteriak histeris dan ketakutan. Sampai akhirnya ku putuskan untuk berhenti memulihkan ingatanku. Kini 1 minggu sudah aku tak berjumpa dengan Gio, setiap kali Dia meneleponku selalu tak ku hiraukan, sms tak pernah ku baca bahkan ketika ia datang ke rumah pun aku selalu mencari alasan agar tak bertemu dengannya.

Tapi sore ini rasanya ada yang berbeda, tiba-tiba aku ingin sekali membuka sms darinya, “ini sms apa cerpen panjang sekali,” gerutuku dalam hati sebelum aku benar-benar membaca dan memahami isi pesan tersebut.

“Reva sayang, aku tahu bahwa sekarang kamu telah melupakanku. Dan aku tahu untuk mengembalikkan ingatanmu tetangku sangatlah tidak mudah. Aku juga tahu kamu merasa risau dan tak nyaman saat bersamaku aku tak mengerti apa yang membuatmu seperti itu, aku sempat berpikir apa aku pernah melakukan kesalahan besar sehingga kamu tak mengizinkan ingatan tentangku kembali? Tapi di sisi lain aku tetap selalu percaya bahwa cintamu kepadaku dan cinta kita tak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.”

“Maafkan aku jika harus meninggalkanmu, mungkin ini satu-satunya cara terbaik untuk menenangkan pikiran dan memulihkan ingatanmu. Tapi sebelum aku pergi izinkan aku memeluk dan bertemu denganmu sekali saja, aku tunggu kedatanganmu besok jam 4 sore di Bandara.” Selesai membaca pesan dari Gio tak terasa air mata mulai membasahi pipiku dan tiba-tiba aku merasakan sesak untuk bernapas saat itu juga semua memori dan kenanganku bersama Gio kembali.

Aku mengingat semua kejadian yang selama ini aku lupakan, bagaimana aku bertemu dengan Gio, berpacaran, bertunangan dan sampai akhirnya kita memutuskan untuk menikah setelah aku dan dia resmi menjadi sarjana karena aku tak mau jika harus berjauhan lebih lama dengannya. Mataku terbelalak melihat jam tepat pukul 03.45, Oh tidak 15 menit lagi Gio akan meninggalkanku lagi. Saat itu juga aku beranjak dari tempat tidur dan meminta Papa mengantarkanku ke bandara, namun dewi fortuna kini tak ada di pihakku tepat saat aku sampai di bandara pesawat yang ditumpangi Gio sudah tinggal landas. Tak bisa menerima kenyataan akan semua ini aku pun mulai menangis dan berteriak histeris.

“Tidaaaak! Giooo please jangan tinggalkan aku.. Maafkan aku jika selama ini melupakanmu Gio!!! jangan pergiii!!”

Namun sentuhan hangat membuyarkan mimpiku, “Reva, sayang hey bangun… kamu kenapa?” Dan saat ku buka mata semua pandangan penoton bioskop tertuju kepadaku. Dengan tersenyum menahan malu aku pun berkata, “Maaf, karena terlalu mendramatisir dan menghayati filmnya jadi sampai terbawa mimpi hehehe.” Kemudian Aku berbisik di telinga Gio.
“Sayang, aku tak akan sanggup jika harus kehilanganmu.” Ku tatap Gio dengan tatapan manja.

Karena melihat sikap manjaku Gio pun memeluk dan mencium keningku sambil berbisik juga, “Apapun yang terjadi jika kamu mengalami amnesia aku tidak akan pernah meninggalkanmu walau kamu sendiri yang tak mengizinkanku berada di sampingmu. Ingatlah 1 pesan dariku, “Kau mampu melupakanku tapi bukan dengan Cintaku.” Mendengar kata-kata Gio aku pun tersenyum penuh kebahagiaan dan semakin mempererat pelukannya.


***
Cerpen Karangan: Nur Widayanti
Blog: https://widagezy.wordpress.com
Nama: Nur Widayanti
Hobi: Menulis (Pantun, Puisi, Cerpen dan lainnya.), Membaca, Memasak dan Bernyanyi.

kategori: Cerpen Cinta Romantis
Sumber : cerpenmu

0 komentar to "Saat Dia Terlupakan"

Posting Komentar