Bireuen, Aceh [Siarlingkungan] - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Bireuen Minggu (10/1) pukul 22.00 WIB hingga Senin (11/1/16) pagi menyebabkan banjir luapan di sejumlah desa di Kecamatan Jeunieb dan Pandrah.
Banjir di Jeunieb meliputi Desa Cot Geulumpang Tunong, Cot Geulumpang Baroh, Janggot Seungko, Ulee Raboe, Meunasah Tambo, Meunasah Keutapang, Lheu Simpang, Meunasah Kupula dan Meunasah Dayah.
Sementara, di Pandrah meliputi Desa Meunasah Panton, Meunasah Garot, Pandrah Kandeh, Pandrah Janeng, Gampong Blang, Meunasah Reudeup dan Lancok Ulim. Banjir di kedua kecamatan belum membuat warga harus mengungsi.
“Banjir di Jeunieb akibat meluapnya Krueng Jeunieb yang tidak mampu menampung debit air sehingga meluap ke pemukiman penduduk di sejumlah desa, sedangkan di Pandrah disebabkan meluapnya Krueng Pandrah,” ungkap Wahyudi, warga Jeunieb.
Selain merendam ratusan rumah warga dan fasilitas umum di dua kecamatan itu, banjir luapan turut merendam benih persemaian padi di sejumlah kawasan. Namun, menjelang siang kemarin ketinggian banjir kian turun.
Sekretaris Desa Janggot Seungko, Amiruddin Taleb, mengatakan, sebanyak 27 kepala keluarga (KK) rumahnya terendram. Selain itu 34 hektare sawah yang ditanami padi beberapa waktu lalu ikut terendam banjir dan dikhawatirkan tanaman padi akan layu jika banjir tak segera surut.
“Banjir terjadi akibat dangkalnya saluran Lueng Raja yang berfungsi untuk saluran pembuang dan sarana pengairan bagi petani. Jika memungkinkan, Pemkab Bireuen dapat menurunkan alat berat (beko) untuk pengerukan saluran itu,” katanya.
Camat Jeunieb, Amiruddin, yang dihubungi melalui ponsel mengatakan ketinggian air di pekarangan rumah warga pada pagi hari mencapai selutut orang dewasa. Menjelang siang surut dan rumah warga yang digenangi sudah dapat dibersihkan.
“Hanya saja bibit padi banyak rusak disapu banjir sehingga petani harus menyemai ulang. Petani di Jeunieb butuh bantuan benih padi dari Pemkab Bireuen,” ungkap Amiruddin yang sedang memantau lokasi banjir.
Banjir di Jeunieb meliputi Desa Cot Geulumpang Tunong, Cot Geulumpang Baroh, Janggot Seungko, Ulee Raboe, Meunasah Tambo, Meunasah Keutapang, Lheu Simpang, Meunasah Kupula dan Meunasah Dayah.
Sementara, di Pandrah meliputi Desa Meunasah Panton, Meunasah Garot, Pandrah Kandeh, Pandrah Janeng, Gampong Blang, Meunasah Reudeup dan Lancok Ulim. Banjir di kedua kecamatan belum membuat warga harus mengungsi.
“Banjir di Jeunieb akibat meluapnya Krueng Jeunieb yang tidak mampu menampung debit air sehingga meluap ke pemukiman penduduk di sejumlah desa, sedangkan di Pandrah disebabkan meluapnya Krueng Pandrah,” ungkap Wahyudi, warga Jeunieb.
Selain merendam ratusan rumah warga dan fasilitas umum di dua kecamatan itu, banjir luapan turut merendam benih persemaian padi di sejumlah kawasan. Namun, menjelang siang kemarin ketinggian banjir kian turun.
Sekretaris Desa Janggot Seungko, Amiruddin Taleb, mengatakan, sebanyak 27 kepala keluarga (KK) rumahnya terendram. Selain itu 34 hektare sawah yang ditanami padi beberapa waktu lalu ikut terendam banjir dan dikhawatirkan tanaman padi akan layu jika banjir tak segera surut.
“Banjir terjadi akibat dangkalnya saluran Lueng Raja yang berfungsi untuk saluran pembuang dan sarana pengairan bagi petani. Jika memungkinkan, Pemkab Bireuen dapat menurunkan alat berat (beko) untuk pengerukan saluran itu,” katanya.
Camat Jeunieb, Amiruddin, yang dihubungi melalui ponsel mengatakan ketinggian air di pekarangan rumah warga pada pagi hari mencapai selutut orang dewasa. Menjelang siang surut dan rumah warga yang digenangi sudah dapat dibersihkan.
“Hanya saja bibit padi banyak rusak disapu banjir sehingga petani harus menyemai ulang. Petani di Jeunieb butuh bantuan benih padi dari Pemkab Bireuen,” ungkap Amiruddin yang sedang memantau lokasi banjir.
_____
Penulis : Analisa/mur
Editor : Eni
Siarlingkungan.com // Banyuwangi, Jatim - Sebanyak 150 tahanan dengan kasus narkoba akan segera dihukum mati. Mereka tersebar di beberapa lapas yang ada di Indonesia.
Hal tersebut di sampaikan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso di Banyuwangi Senin (11/1/2016).
"Ekseksusi akan segera dilakukan. Tidak usah seperti sinetron yang panjang dan bertele tele. Karena ini adalah kejahatan kemanusiaan. Hukuman mati juga berlaku untuk bandar asal luar negeri," jelas Budi Waseso.
Ia mencontohkan Fredy Budiman salah satu gembong narkoba yang seharusnya sudah dieksekusi mati tetapi sampai saat ini masih belum juga dilakukan.
"Dia sudah tersandung tiga kasus yang sama dan vonis yang sama. Ini menunjukkan jika hukum masih belum berlaku sesuai dengan harapan. Semoga semuanya tahun ini segera dieksekusi," katanya.
Budi mengatakan, saat ini 70 persen penghuni lapas adalah kejahatan narkoba.
"Tidak menutup kemungkinan nanti akan ada lapas khusus untuk kejahatan narkoba karena sampai saat ini masih banyak penyebaran narkoba yang di kendalikan dari dalam lapas," jelasnya.
Hal tersebut di sampaikan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso di Banyuwangi Senin (11/1/2016).
"Ekseksusi akan segera dilakukan. Tidak usah seperti sinetron yang panjang dan bertele tele. Karena ini adalah kejahatan kemanusiaan. Hukuman mati juga berlaku untuk bandar asal luar negeri," jelas Budi Waseso.
Ia mencontohkan Fredy Budiman salah satu gembong narkoba yang seharusnya sudah dieksekusi mati tetapi sampai saat ini masih belum juga dilakukan.
"Dia sudah tersandung tiga kasus yang sama dan vonis yang sama. Ini menunjukkan jika hukum masih belum berlaku sesuai dengan harapan. Semoga semuanya tahun ini segera dieksekusi," katanya.
Budi mengatakan, saat ini 70 persen penghuni lapas adalah kejahatan narkoba.
"Tidak menutup kemungkinan nanti akan ada lapas khusus untuk kejahatan narkoba karena sampai saat ini masih banyak penyebaran narkoba yang di kendalikan dari dalam lapas," jelasnya.
_____
Penulis : Kompas/Ira Rachmawati
Editor : Rizal