Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
- Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
- Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
- Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
- Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
- Stalemate, yaitu; keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
- Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
- Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
- Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
- Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
- Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
- Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
- Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
Source :
- wikipedia
Siarlingkungan.com // Namlea, Maluku - Sebanyak 600 personil gabungan dikerahkan untuk menjaga pos-pos pengamanan di sekitar kawasan pertambangan emas ilegal Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku.
"Seluruhnya 600 personil gabungan dikerahkan untuk menjaga pos-pos pengamanan untuk mendukung proses pengosongan areal tambang Gunung Botak dari para para penambang," kata Dandim 1506 Pulau Buru, Letkol Inf. Faisal Risal, di Namlea, Minggu.
TNI dan Polri mengerahkan masing-masing 250 personil, sedangkan Satuan polisi pamong praja (Satpol PP) sebanyak dan kelompok adat masing-masing 40 orang dan sisanya 20 orang merupakan anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Ratusan personil ini akan ditempatkan pada 10 pos pengamanan yang telah dibangun pada jalur masuk menuju kawasan pertambangan Gunung Botak.
Setiap pos dijaga masing-masing tiga personil TNI dan Polri serta Satpol PP dan LSM atau kelompok adat masing-masing dua orang.
Penjagaan bersama ini guna menciptakan keterbukaan, meningkatkan kerja sama dan saling percaya antaraparat.
"Penjagaan bersama ini untuk mencegah unsur saling curiga antaraparat terutama membeking para penambang untuk masuk dan beraitivitas di Gunung Botak," kata Dandim.
Dia menegaskan, jika dalam melaksanakan tugas kedapatan ada aparat yang terlibat melakukan kong-kalokong dengan penambang dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi, maka akan ditindak tegas.
Para personil tersebut akan bertugas melakukan pengamanan di kawasan pertambangan Gunung Botak selama enam bulan, di mana seluruh biaya operasionalnya ditangani pemerintah provinsi Maluku dan kabupaten Buru.
Dia membenarkan hingga Minggu (15/11) malam hampir seluruh penambang telah meninggalkan lokasi Gunung Botak.
"Hanya ada sebagian kecil penambang yang datang untuk mengambil barang-barangnya yang belum sempat dikeluarkan. Itu pun setelah berkoordinasi dengan aparat keamanan yang bertugas di lapangan," katanya.
Pemerintah Provinsi Maluku melalui koordinasi dengan TNI/Polri serta dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemerintah Kabupaten Buru, mengambil langkah tegas mengosongkan areal tambang ilegal Gunung Botak dari ribuan penambang karena berdampak negatif, terutama masalah sosial di masyarakat.
Penutupan areal tambang yang beroperasi sejak tahun 2011 tersebut juga untuk menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Pulau Buru untuk melakukan panen pada Mei 2015.
Sejak dibuka, sering terjadi kasus bentrokan antarpara penambang, maupun penambang dengan warga adat hingga menimbulkan korban jiwa, di samping disinyalir ribuan orang meninggal karena tertimbun tanah yang longsor.
Selain itu, aktivitas penambangan ilegal tersbeut juga telah berdampak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan merkuri dan sianida sebagai pengikat emas, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai kasus penyakit seperti yang terjadi di Teluk Buyat dan Minamata di Jepang.
"Seluruhnya 600 personil gabungan dikerahkan untuk menjaga pos-pos pengamanan untuk mendukung proses pengosongan areal tambang Gunung Botak dari para para penambang," kata Dandim 1506 Pulau Buru, Letkol Inf. Faisal Risal, di Namlea, Minggu.
TNI dan Polri mengerahkan masing-masing 250 personil, sedangkan Satuan polisi pamong praja (Satpol PP) sebanyak dan kelompok adat masing-masing 40 orang dan sisanya 20 orang merupakan anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Ratusan personil ini akan ditempatkan pada 10 pos pengamanan yang telah dibangun pada jalur masuk menuju kawasan pertambangan Gunung Botak.
Setiap pos dijaga masing-masing tiga personil TNI dan Polri serta Satpol PP dan LSM atau kelompok adat masing-masing dua orang.
Penjagaan bersama ini guna menciptakan keterbukaan, meningkatkan kerja sama dan saling percaya antaraparat.
"Penjagaan bersama ini untuk mencegah unsur saling curiga antaraparat terutama membeking para penambang untuk masuk dan beraitivitas di Gunung Botak," kata Dandim.
Dia menegaskan, jika dalam melaksanakan tugas kedapatan ada aparat yang terlibat melakukan kong-kalokong dengan penambang dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi, maka akan ditindak tegas.
Para personil tersebut akan bertugas melakukan pengamanan di kawasan pertambangan Gunung Botak selama enam bulan, di mana seluruh biaya operasionalnya ditangani pemerintah provinsi Maluku dan kabupaten Buru.
Dia membenarkan hingga Minggu (15/11) malam hampir seluruh penambang telah meninggalkan lokasi Gunung Botak.
"Hanya ada sebagian kecil penambang yang datang untuk mengambil barang-barangnya yang belum sempat dikeluarkan. Itu pun setelah berkoordinasi dengan aparat keamanan yang bertugas di lapangan," katanya.
Pemerintah Provinsi Maluku melalui koordinasi dengan TNI/Polri serta dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemerintah Kabupaten Buru, mengambil langkah tegas mengosongkan areal tambang ilegal Gunung Botak dari ribuan penambang karena berdampak negatif, terutama masalah sosial di masyarakat.
Penutupan areal tambang yang beroperasi sejak tahun 2011 tersebut juga untuk menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Pulau Buru untuk melakukan panen pada Mei 2015.
Sejak dibuka, sering terjadi kasus bentrokan antarpara penambang, maupun penambang dengan warga adat hingga menimbulkan korban jiwa, di samping disinyalir ribuan orang meninggal karena tertimbun tanah yang longsor.
Selain itu, aktivitas penambangan ilegal tersbeut juga telah berdampak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan merkuri dan sianida sebagai pengikat emas, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai kasus penyakit seperti yang terjadi di Teluk Buyat dan Minamata di Jepang.
(Antara/Jimmy Ayal)
_____
Editor : Kelvin
Editor : Kelvin
Siarlingkungan.com // - Kuliner Indonesia Saat ini, menu lele, ayam, dan bebek menjadi makanan favorit. Sajian menu tiga produk ini masih sangat menjanjikan untuk mendulang untung. Hal ini yang dilakukan Selvie pada 2010, saat membuka resto bernama Lele Jakarta di kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Awalnya, ia hanya menjajakan sajian dengan menu khusus lele. Namun, seiring dengan berkembangnya konsumen, ia mulai melirik potensi menu lain dari ayam dan bebek. Sebab, penyuka sajian ayam dan bebek pun jumlahnya begitu besar.
“Akhirnya, kami memilih tiga menu jagoan, lele, ayam, bebek. Kami tahu kalau menu tersebut sangat memasyarakat di Indonesia,” katanya.
Nama Balcon pun seketika dipilihnya, yang merupakan singkatan dari bebek, ayam, lele corner (Balcon). Ketika ia memulai usaha ini dengan konsep resto, modal yang dipakai berkisar Rp150 jutaan, termasuk sewa tempat. Selama hampir satu tahun, ia hanya membuka di kawasan Serpong.
Baru pada 2011, karena banyaknya konsumen yang menanyakan lokasi cabang, ia pun mulai berpikir untuk membuka kemitraan. Dengan harga sekitar Rp189 juta untuk tipe restoran, kini setidaknya Balcon telah memiliki 6 cabang yang tersebar di daerah Jakarta dan Tangerang.
Namun, menurut Selvie, harga tersebut tidaklah mutlak. Karena, tidak menutup kemungkinan pihaknya pun bisa membuka untuk tipe food court.
Tingginya tensi persaingan juga dirasakan oleh manajemen Balcon. Sebagai antisipasi dari masifnya kompetisi, pihaknya selalu melakukan berbagai inovasi termasuk dalam hal rasa.
“Rasa itu adalah kunci utama dalam bisnis kuliner. Kalau enak, pasti konsumen akan terus setia. Selain itu, kualitas produk penting untuk diperhatikan,” bebernya.
Dengan trik tersebut, saat ini Balcon mampu menghabiskan 50 kg lele dan sekitar 60 ekor bebek plus ayam per hari, yang didistribusikan ke semua outletnya. Sementara itu, dari harga jual, menu lele dibanderol seharga Rp13 ribuan, dan bebek Rp22 ribu per porsi.
“Soal harga jual, kami sangat bersaing dengan warung-warung di pinggir jalan. Tapi, kualitas sangat kami perhatikan,” tuturnya.
Melalui slogan “Be careful!! it’s very Delicious”, ia berharap agar kenikmatan dan cita rasa khas produk Balcon tidak hanya dinikmati oleh kalangan ekonomi menengah ke atas, tetapi juga kalangan menengah bawah. Karena itu, harga yang dipatok masih bisa dijangkau oleh kantong semua kalangan.
(Oleh : Irfan Laskito, Dody Handoko/F01)
_____
Editor : Ferlin
Source: VIVA.co.id
Awalnya, ia hanya menjajakan sajian dengan menu khusus lele. Namun, seiring dengan berkembangnya konsumen, ia mulai melirik potensi menu lain dari ayam dan bebek. Sebab, penyuka sajian ayam dan bebek pun jumlahnya begitu besar.
“Akhirnya, kami memilih tiga menu jagoan, lele, ayam, bebek. Kami tahu kalau menu tersebut sangat memasyarakat di Indonesia,” katanya.
Nama Balcon pun seketika dipilihnya, yang merupakan singkatan dari bebek, ayam, lele corner (Balcon). Ketika ia memulai usaha ini dengan konsep resto, modal yang dipakai berkisar Rp150 jutaan, termasuk sewa tempat. Selama hampir satu tahun, ia hanya membuka di kawasan Serpong.
Baru pada 2011, karena banyaknya konsumen yang menanyakan lokasi cabang, ia pun mulai berpikir untuk membuka kemitraan. Dengan harga sekitar Rp189 juta untuk tipe restoran, kini setidaknya Balcon telah memiliki 6 cabang yang tersebar di daerah Jakarta dan Tangerang.
Namun, menurut Selvie, harga tersebut tidaklah mutlak. Karena, tidak menutup kemungkinan pihaknya pun bisa membuka untuk tipe food court.
Tingginya tensi persaingan juga dirasakan oleh manajemen Balcon. Sebagai antisipasi dari masifnya kompetisi, pihaknya selalu melakukan berbagai inovasi termasuk dalam hal rasa.
“Rasa itu adalah kunci utama dalam bisnis kuliner. Kalau enak, pasti konsumen akan terus setia. Selain itu, kualitas produk penting untuk diperhatikan,” bebernya.
Dengan trik tersebut, saat ini Balcon mampu menghabiskan 50 kg lele dan sekitar 60 ekor bebek plus ayam per hari, yang didistribusikan ke semua outletnya. Sementara itu, dari harga jual, menu lele dibanderol seharga Rp13 ribuan, dan bebek Rp22 ribu per porsi.
“Soal harga jual, kami sangat bersaing dengan warung-warung di pinggir jalan. Tapi, kualitas sangat kami perhatikan,” tuturnya.
Melalui slogan “Be careful!! it’s very Delicious”, ia berharap agar kenikmatan dan cita rasa khas produk Balcon tidak hanya dinikmati oleh kalangan ekonomi menengah ke atas, tetapi juga kalangan menengah bawah. Karena itu, harga yang dipatok masih bisa dijangkau oleh kantong semua kalangan.
(Oleh : Irfan Laskito, Dody Handoko/F01)
_____
Editor : Ferlin
Source: VIVA.co.id
Jambi [Siarlingkungan] – Kiki Apriyandi (21), warga Talang Banjar, Kecamatan Jambi Timur, Jumat (13/11) sekitar pukul 04.00 WIB, menjadi korban kawanan begal. Selain kehilangan sepeda motor dan uang tunai, akibat kejadian tersebut kiki juga terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mendapatkan pukulan benda tumpul di wajah dan kepalanya.
Dari laporan metro Jambi, peristiwa tersebut bermula saat ia hendak pulang ke rumahnya di Jalan Haji Kamil, Kelurahan Talang Banjar. Saat melintas di depan eks Bioskop Sumatera di Jalan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Pasar Jambi, Kiki dihentikan oleh tiga orang pria yang berboncengan sepeda motor matic, papar Kiki.
Dari laporan metro Jambi, peristiwa tersebut bermula saat ia hendak pulang ke rumahnya di Jalan Haji Kamil, Kelurahan Talang Banjar. Saat melintas di depan eks Bioskop Sumatera di Jalan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Pasar Jambi, Kiki dihentikan oleh tiga orang pria yang berboncengan sepeda motor matic, papar Kiki.
“Kunci motor aku langsung diambil pelaku. Sempat bertinju sama pelaku, tapi pas dio (pelaku, red) nyentrum, aku langsung dak sadar lagi,” ungkap Kiki saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jambi, Minggu (15/11).
Setelah sadar, lanjut Kiki, ia langsung menuju salah satu penginapan di dekat lokasi kejadian untuk meminta pertolongan. Selanjutnya, Kiki dibawa warga ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Akibat dianiaya pelaku, Kiki harus mendapatkan 35 jahitan, dengan rincian 11 jahitan di bibir dan pipi, serta 24 jahitan di kepala bagian depan dan belakang. Selain itu kulit di bagian dada sebelah kiri korban pun mengelupas akibat diestrum pelaku.
“Selain motor, dio (pelaku, red) jugo bawa uang Rp 450 ribu,” tandasnya.
(Metrojambi/Ardiansyah/***)
_____
Editor : Kelvin
Editor : Kelvin